Jumat, 13 Juni 2014

Teatrikalisasi Puisi Bagian 2

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Pertama, saya ingin pengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah mengembalikan leptop saya dari cengkraman service center. Yang kedua, kepada servis center yang dengan suka rela memperbaiki leptop saya tanpa harus saya bayar. Yang ketiga, kepada leptop saya yang telah bersedia menjadi media sebingga tulisan saya bisa dibaca pembaca. Yang keempat, kepada pembaca yang juga bersedia membaca pembukaan ini walau sebenarnya diskip juga tidak masalah.

Paragraf di atas hanyalah paragraf pembuka yang kubuat hanya untuk memperbanyak tulisan saja. Biasanya, kata-kata seperti itu akan kalian temukan dalam sambutan-sambutan yang disampaikan presiden sewaktu tidak terpilih menjadi presiden. Sepertiku misalnya. Ya, seperti di atas itu.

Eniwey, aku tidak menulis untuk beberapa waktu kemarin. Hal ini disebabkan kerena dioprasinya leptopku, sehingga aku merasa

Senin, 21 April 2014

Teatrikalisasi Puisi Bagian 1

Oke, sebagai pembuka post kali ini, aku ingin memberitakan jika aku sudah menyatu kembali dengan jiwaku yang entah kenapa keluar tanpa permisi itu. Jadi, ceritanya aku memaksanya masuk kembali ke tubuhku melalui lubang hidung dan menyegelnya agar tak mampu berkeliaran lagi. Dan kupikir tak penting aku membicarakannya panjang lebar. Kita langsung saja ke topik.

Sebagai seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia dan calon penyair, sastrawan, juga penulis novel terkenal (mohon buat yang baca di-Aamiin-kan), duniaku berada di antara dunia sastra. Di jurusanku ini, aku mempelajari segala macam tetek-bengek tentang sastra. Mulai dari teorinya, sejarah, apresiasi, kritik, menulis, membaca, menghafal, memahami, dan banyak lagi. Yang tidak diajari hanyalah melupakan, iya melupakan kamu tidak pernah diajari di dunia pendidikan.

Baru-baru ini aku melakukan salah satu aktivitas sastra.

Minggu, 13 April 2014

Ini Tulisan Tentang Sahabat yang Telah Meneror Saya Untuk Menulis Tentangnya

Biasanya, aku menulis di sini mengenai tentang diriku sendiri. Tapi sekarang aku akan menulis tentang sahabatku.

Baru saja aku diteror olehnya.

"Jika kau tidak menulis tentangku malam ini dan besok tulisanmu masih belum muncul di Facebookku, kau akan tahu akibatnya." ancamnya dari seberang sana memalui saluran telepon.

"Akibatnya aku akan jadi pacarmu ya..." ucapku kalem.

Lalu tiba-tiba dia berada di depanku dan melemparkan telepon genggamnya ke arah kepalaku. Aku pun menangkapnya dan menjualnya ke pasar maling. Hidup itu memang mudah....

Baiklah, dia sahabatku sejak SMA dulu. Namanya