Senin, 26 Oktober 2015

Teruntuk Engkau, Para Pelaku Sastra dan Budaya

Belakangan aku menyukai diskusi atau acara-acara tentang sastra atau kebudayaan. Dari sana, aku bisa belajar seperti apa kehidupan orang-orang di sekitarku, membicarakan isu-isu kekinian yang sedang hangat di tengah masyarakat, atau melihat hal-hal tradisonal yang mulai hilang. Kadang aku bertanya-tanya, kenapa aku tiba-tiba menyukai hal-hal semacam ini; beraktivitas dalam lingkungan sastra, membaca puisi, menghadiri diskusi-diskusi atau acara sastra atau kebudayaan, memerhatikan apa yang terjadi, kemudian menulisnya dalam sebuah cerita. Barangkali semua ini karena aku sedang menempuh kuliah bahasa dan sastra Indonesia. Mungkin jika aku kuliah jurusan teknik mesin, aku pasti menyukai oli samping, baut dan mur, juga trek-trekan di jalanan sambil membonceng cabe-cabean. Oke, kita berhenti di sini saja pembahasannya, karena aku tahu, pembahasan tentang cabe-cabean pasti sangat panjang. Ada cabe bawang, cabe kecap, cabe tomat, cabe terasi, dan banyak lagi macamnya. Bisa kalian bayangkan betapa panjangnya jika kujelaskan satu persatu? Jadi, marilah kita skip bagian ini.

Biasanya, acara-acara diskusi yang kuhadiri adalah acara tanpa harus membayar tiket masuk. Kalian tahu kan maksudku? Gratis. G R A H T E S. Jika aku diajak ke acara sastra atau kebudayaan, ada dua pertanyaan yang harus terjawab dengan jelas.