Jumat, 12 Februari 2016

Sedikit Tips untuk Melawan Penipuan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Dengan segala hormat kepada dosen pembimbing, postingan kali ini kutulis hanya untuk sekedar menghilangkan penat di kepalaku yang sudah dua bulan lebih berkutat dengan teori-teori untuk menganalisis skripsi, dan hingga saat ini masih saja berpurtar-putar di sana seakan tidak akan menemukan ujungnya seperti misteri mengapa wanita selalu benar, lebih-lebih, wanita PMS. Lebih-lebih, ibu kos yang sedang PMS.

Maka dari itu, untuk sedikit meredakan rasa pening di kepalaku ini, aku ingin berbagi sedikit pengalaman sekaligus tips untuk melawan penipuan.


Ceritanya begini, lima hari yang lalu, tanggal 7 Februari 2016, tepat selepas maghrib, aku mendapatkan telepon dari nomor tak dikenal. Ketika kuangkat, terdengar suara mas-mas di sebrang sana. Awalnya aku berpikir kalau aku mendapatkan telepon dari mas-mas MLM yang menawariku untuk join dengan mereka. Aku pun lekas menyusun kata-kata untuk menolak tawaran mereka sehalus mungkin agar tidak menyinggung perasaan manusia. Namun ternyata bukan. Bukan mas-mas MLM yang meneleponku. Orang itu, seperti yang kukatakan, orang tak dikenal. Tapi, wait, seandainya yang menelepon mas-mas MLM, sepertinya juga orang tak dikenal. Oke, intinya yang meneleponku itu orang asing. Dia mengaku petugas dari salah satu provider telepon seluler di Indonesia. Namanya Welcome-sel.

Begini isi percakapannya,

"Selamat malam, maaf mengganggu Anda sebentar," sapa mas-mas di seberang sana, entah di mana aku tak tahu.

"Ya, selamat malam," jawabku.

"Maaf, Pak,"—Yak, aku dipanggil 'Bapak' oleh si 'Mas-Mas'—"Kami ucapkan selamat kepada Bapak karena Bapak mendapatkan hadiah uang tunai sepuluh juta rupiah dan pulsa sebesar lima ratus ribu rupiah dari Welcome-sel."

Selanjutnya ada hening. Saat itu otakku tengah berpikir dan mencerna apa yang baru saja kudengar dari mas-mas tidak dikenal. AKU MENDAPATKAN HADIAH 10 JUTA PLUS PULSA 500 RIBU RUPIAH!! Hampir saja aku meloncat kegirangan. Tapi pikiran jernihku segera berkerja dan berkata, wait..wait.. ini pasti bohong. Ini pasti penipuan! Belakangan memang marak penipuan macam ini. Ini pasti penipuan!

Karena cukup lama aku terdiam, si mas-mas menyahut lagi di telepon. "Pak, Bapak masih di situ kan?"

Aku segera menguasa diriku sendiri dari perasaan girang yang kemudian berganti tak percaya. "Iya, Mas. Saya masih di sini. Saya tidak akan ke manapun sampai luka hatimu sembuh," kataku. Kemudian si mas-mas menangis sejadi-jadinya. Tidak, tidak, aku mengarang.

Aku, yang tak percaya pada mas-mas dan percaya kalau ini penipuan, kemudian bertanya seolah-olah aku orang dungu yang tak tahu apa-apa. "Maaf, Mas, memangnya saya ini mendapatkan hadiah dari program apa?"

"Bapak mendapatkan hadiah dari program Welcome-sel Seribu Berkah." jawabnya. "Silahkan bapak cek layar ponsel Bapak, apakah sudah ada notifikasi pulsa 500 ribu?"

Aku lekas mengecek layar ponselku. Dan memang benar! Ada notifikasi! Ini buktinya:

Wait..wait..ini bukan penipuan. Aku menjadi yakin kalau ini bukan penipuan! Saat itu aku girang bukan kepalang mendapatkan notifkasi kalau aku mendapatkan pulsa 500 ribu. Mereka seolah tahu kalau aku sedang tidak memiliki pulsa, dan mereka datang bak seorang malaikat penolong. Aku membayangkan kalau mereka berkata, "Bapak Arief, ini kami kirimkan pulsa 500 ribu ke nomor Bapak. Diterima ya..." Lalu aku, dengan rasa terharu sambil menangis membalas, "terima kasih, Mas, terima kasih telah mengirimkan pulsa begitu banyak kepada mahasiswa yang nista ini. Kau memang malaikatku.." kemudian kami berpelukan dalam haru biru...

Tapi itu hanya bayanganku.

Yang terjadi sebenarnya, si mas-mas menanyakan lagi perihal notifikasinya. "Bagaimana, Pak, apakah sudah ada notifikasi?"

Dengan cepat kujawab dengan perasaan girang, "Iya, Mas, ini sudah ada notifikasi!"

"Baiklah kalau sudah berhasil," kata si mas-mas tenang. "Sekarang, kami akan segera mengirimkan uang tunai 10 juta rupiah ke rekening Bapak. Dalam hal ini, Bapak tidak dikenakan biaya apapun dan Bapak juga tidak dipotong pajak. Bapak juga tidak perlu memberi tahu nomor rekening dan PIN Bapak, karena itu adalah milik pribadi Bapak. Uang 10 juta semuanya akan masuk ke rekening Bapak."

Ya Tuhan.. Bangun tidur—ya, saat itu aku memang baru bangun tidur. Maaf tidak memberi tahu kalian sebelumnya—tiba-tiba aku mendapatka uang 10 juta secara cuma-cuma. Perasaan saat tidur aku tidak mimpi apapun. Lagipula, peduli setan dengan mimpi. Yang penting aku mendapatkan uang 10 juta!

"Bapak, syarat dari pengiriman uang 10 juta adalah rekening Bapak harus bank Man-diri." kata si mas-mas.

Cocok! Rekeningku memang rekening bank Man-diri. Aku mulai berpikir kalau semua ini memang rejekiku. Maka dari itu lekas kukatakan "Iya, Pak, rekening saya memang bank Man-diri." Tolong kalian ingat-ingat bagian ini.

"Baiklah kalau begitu. Nanti ketika di ATM, Bapak langsung klik menu 'Terima Hadiah'. Sekali lagi, Bapak tidak dikenakan biaya apapun dan Bapak juga tidak dipotong pajak. Uang 10 juta semuanya akan masuk ke rekening Bapak." kata si mas-mas lagi.

"IYA MAS, TIDAK USAH DIULANG LAGI. CEPAT KIRIM SAJA UANG 10 JUTANYA."

Tapi aku tidak mengatakan itu. Karena jika aku mengatakannya, citraku sebagai mahasiswa kere pasti jelas sekali.

"Kalau boleh tahu, Pak, jenis ATM Bapak Man-diri yang mana?" tanya si mas-mas.

"Anu.. uuh, ATM saya warnanya putih. Terus ada corak batiknya," jawabku

"Namanya apa, Pak?"

Aku lupa apa namanya, karena saat itu posisiku tidak memengang kartu ATM. "Pokoknya warnanya putih, ada corak batiknya,"

"Batiknya bagaimana?"

"Batiknya warnanya emas."

"Batik Pekalongan kah?"

"Saya tidak tahu, Mas,"

"Kira-kira batik dari daerah mana, Pak?"

"SAYA TIDAK TAHU, MAS. CEPAT KIRIM SAJA UANG 10 JUTANYA."

"Baik, Pak. Kalau boleh tahu, di dekat tempat Bapak sekarang ada ATM?"

"Iya, ada, Mas,"

"Berapa lama perjalanan untuk sampai ke ATM?"

"Emb.. sekitar lima sampai sepuluh menit,"

"Baiklah, kalau begitu, telepon tidak perlu Bapak matikan, karena telepon ini kami rekam, dan akan ditampilkan di televisi. Sekarang Bapak pergi ke ATM. Jika antri, silakan Bapak mengantri. Jika Bapak sudah berada di depan ATM, silakan Bapak katakan Welcome-sel Seribu Berkah. Dalam perjalanan, Bapak tidak perlu membicarakan hadiah ini kepada siapapun, agar nanti orang-orang mengetahui kalau Bapak yang beruntung di televisi." jelas si mas-mas.

Aku hanya mengangguk sambil sibuk mengambil dompet. Aku tak peduli apakah si mas-mas tahu atau tidak kalau aku mengangguk. Bahkan, anggukanku berkali-kali dan terlampau keras seperti anak metal.

"Bapak, ingat apa yang harus Bapak katakan kalau sudah di depan ATM?" tanya si mas-mas memastikan.

"Welcome-sel Seribu Berkah," kataku mantap.

"Bisa diulangi sekali lagi, Pak?"

"WELCOME-SEL SERIBU BERKAH. CEPAT KIRIM SAJA UANG 10 JUTANYA."

"Bagus."

Kemudian, aku pergi menuju ATM yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan, sejujurnya, aku masih tak percaya. Ada dua tak percaya yang kurasakan saat itu. Pertama, aku tak percaya kalau aku mendapatkan uang sebanyak 10 juta secara cuma-cuma. Yang kedua, aku tak percaya kalau semua ini benar. Ada bagian lain di pikiranku yang mengatkan kalau ini hanya penipuan. Namun aku sudah terlanjur girang. Dalam perjalanan itu pula, aku sudah mulai memikirkan bagaimana aku akan menggunakan uang 10 juta nanti. Pikiran pertamaku, aku akan membetulkan ponselku yang cassing belakangnya sudah hancur. Tidak..tidak, apa lebih baik aku beli hape baru yang lebih canggih? Ya, aku akan beli hape baru yang lebih canggih. Kalau bisa, beli tiga. Semuanya ada kamera depannya biar bisa ganteng tipis cekrek, gantengnya habis, tetep cekrek. Lalu, aku akan mentraktir teman-teman kosku yang belakangan memang begitu nista tak punya uang. Akan kubuat mereka makan sepuasnya sebagai bentuk rasa syukur. Pikiran-pikiran indah itu menemani langkahku hingga aku tiba di depan mesin ATM.

Maka, segera kuucapkan, "Welcome-sel Seribu Berkah,"

"Iya, Pak. Bapak sudah di depan mesin ATM?" suara si mas-mas kembali muncul setelah tadi menghilang.

"Iya, Mas,"

"Sekarang Bapak masukkan kartu ATM, lalu masukkan PIN Bapak."

Aku melakukan apa yang mas-mas instruksikan seperti orang lugu dan seolah aku tidak pernah ke ATM. Padahal, aku sudah hafal di luar kepala. Bahkan, kadang aku memencet PIN ATM sambil memejamkan mata.

"Setelah itu, Bapak cek saldo," kata si mas-mas.

Aku mengecek saldo rekeningku dengan perasaan tak sabar.

"Sudah bertambah saldonya, Pak?"

"Belum, Mas," kataku jujur.

"Oh, mungkin sistem kami mendapatkan gangguan teknis. Kami akan kirim ulang."

Pada detik ini, aku mulai merasa kalau ada yang tidak beres.

"Kalau boleh tahu, berapa saldo rekening Bapak sekarang?"

Aku jawab dengan sejujur-jujurnya, "Dua puluh delapan ribu tujuh ratus empat puluh satu rupiah,"

"Hah?" si mas-mas terdengar kaget.

Aku diam.

"Itu ATM sudah berapa lama tidak aktif, Pak? Kami perlu ATM aktif." kata si mas-mas.

"ATM saya aktif, Mas. Bahkan baru kemarin saya gunakan untuk penarikan,"

"Maaf, Pak, dari pihak perbankan kami, saldo minimal untuk menerima hadiah adalah DUA RATUS TUJUH PULUH LIMA RIBU rupiah."

"Wah, sayang sekali saldo saya tidak cukup, Mas,"

"Memangnya pekerjaan Bapak apa?"

"Saya mahasiswa, Mas,"

Ada hening yang cukup lama.

"Bapak tidak ada ATM lain?" tanya si mas-mas.

"Tidak ada, Mas,"

"Kalau tidak ada, Bapak bisa meminjam ATM teman atau keluarga. Soalnya  hadiah 10 juta ini harus sampai ke tangan Bapak. Ini bukan uang kecil. Tidak harus Bank Man-diri juga tidak apa-apa, Pak."

Nah, pada titik ini, kedok penipuannya mulai terbongkar, Sodara.. Sebab tadi si mas-mas mengatakan kalau syaratnya harus bank Man-diri. Tapi sekarang ia bilang ATM apa saja tidak apa-apa. Aku terkekeh dan mulai memainkan kartuku.

"Wah, teman-teman saya pulang semua, Mas. Ini kan libur panjang,—saat itu libur Imlek—dan saya sendirian, Mas. Saya merana di sini.. :-( " kataku memelas.

"Maka dari itu, Pak, Bapak beruntung mendapatkan uang 10 juta ini. Bapak tidak bisa meningkatkan saldo bapak 100 ribu saja?"

Ini adalah titik kedua mulai terbongkarnya penipuan. Sebab tadi si mas-mas mengatakan saldo minimal Rp. 275.00,-. Sementara saldo rekeningku Rp. 28.741,-. Oke, lanjut saja dulu.

"Tidak bisa, Mas, saya tidak punya uang :-(" kataku sedih.

"Terus bagaimana uang sepuluh jutanya, Pak. Bapak tidak dikenakan biaya apapun dan Bapak juga tidak dipotong pajak."

"Yah, mau bagaimana lagi, Mas, saya tidak punya uang :-(" kataku lirih.

"Bapak tidak bisa mencari pinjaman uang 100 ribu saja hanya untuk meningkatkan saldo?"

Pada titik ini, jelas sekali si mas-mas mulai memaksaku untuk meningkatkan saldo.

Oke, mari kita analisis. Meskipun ini bukan skripsi, bodo amat. Ini agar kalian semua menyadarinya. Seperti yang kukatakan, saldo rekeningku Rp. 28.741,-. Mas-mas memintaku meningkatkan saldo Rp. 100.000,- saja, padahal sebelumnya ia mengatakan saldo minimal Rp. 275.000,-. Artinya, kalau 28.741 + 100.000 berarti jumlahnya.. sebentar... *ambil kalkulator* *pencet-pencet tombol kalkulator* oke, jadi jumlahnya Rp. 128.741,-. Jika kata mas-mas saldo minimal Rp. 275.00,- sementara saldoku yang bahkan jika ditambah Rp. 100.000 adalah Rp. 128.741,- maka berapakah kekurangannya agar bisa sampai ke angka Rp. 275.00,-? *pencet-pencet kalkulator lagi* Hasilnya, Rp. 146.259,-

Wait.. ini kenpa tiba-tiba jadi seperti soal ujian matematika?

Intinya begini, Kaum Puyenk, secara logika, apa yang dikatakan si mas-mas itu tidak masuk akal. Mas-masnya labil. Tidak teguh pada pendirian perusahaan Welcome-sel kalau saldo minimal untuk menerima hadiah Rp. 275.000,- Ia kemudian memaksaku untuk mengisi saldo walau hanya Rp. 100.000 saja, yang membuat kedok penipuannya terbuka lebar.

Oke, lanjut.

Menyambung kata-kata si mas-mas sebelumnya—kalau kalian tidak ingat apa kata-kata sebelumnya, silakan dibacaa ulang dari atas—aku berkata lagi dengan sedih, "Tidak bisa, Mas, saya di sini sendirian..."

"Terus bagaimana uang 10 jutanya, Pak?"

Saat itu, kukatakan kepada si mas-mas—kalian perhatikan kata-kataku baik-baik, lalu diingat-ingat—"Mas, kalau Mas memang ingin membantu saya, saya minta tolong Mas kirimkan uang 100 ribu ke rekening saya dari rekening pribadi Mas, hanya untuk meningkatkan saldo rekening saya agar bisa menerima uang sepuluh juta. Nanti kalau yang sepuluh juta sudah saya terima, akan saya ganti uang Mas, sekalian sama bunganya. Mas mau bunga apa? Mawar yang berduri? Atau melati yang horor?"

Ada hening.

Kemudian, si mas-mas berkata lagi, dengan suara ketus, "Oo yasudah, nanti saya kirim."

Kemudian, tut.. tut.. tut.. telepon putus. Itu bukan suara kereta api.

Percakapan terhenti.

Sesaat setelah telepon terputus, aku mengecek pulsa. Ternyata pulsaku tetap, tidak bertambah 500.000. Fix, yang terjadi barusan penipuan. Aku jadi mengerti mengapa si mas-mas melarangku memutuskan teleponnya. Tentu saja agar aku tidak mengecek pulsa 500 ribu yang ternyata semua itu memang omong kosong. Tidak ada. Hanya hayalan tingkat tinggi aku mendapatkan pulsa sebanyak itu. Hanya mitos yang telah dipercaya turun-temurun dari generasi ke generasi. Memikirkannya, aku terkekeh sendiri. Pertama, aku terkekeh pada diriku sendiri yang lugu dan nyaris saja terkena penipuan. Kedua, aku terkekeh pada si mas-mas. Aku membayangkan ekspresinya ketika aku minta uang 100 ribu. Aku yakin si mas-mas pasti akan mengumpat, "Kampret! Ini niatku mau nipu orang kenapa aku yang diminta-in duit! Mana pulsaku abis buat nelpon lama-lama, dan aku malah tidak dapat apa-apa. Kampret! KAMPREETT!!" wkwk

Pelajaran yang bisa dipetik, Kaum Puyenk, modus penipuan saat ini sudah semakin canggih saja. Setelah sebelum ini modus penipuan Mama Minta Pulsa, Anak Ketangkap Polisi, Mantan Kecebur Kali dan berbagai macam lagi, kini ada penipuan yang bahkan bisa mengirimkan notofikasi ke ponsel kita. Sejujurnya, aku berkata "waw" untuk penipuan ini, walaupun si mas-mas gagal menipu mahasiswa nista sepertiku. Barangkali si mas-mas sedang tidak beruntung nomor yang dihubunginya adalah nomor mahasiswa yang saldo rekeningnya Rp. 28.741,- aku jadi kasihan :-(

Eniwey, ini monor telepon yang menghubungiku waktu itu
Bagi kalian yang ingin menghubungi orang ini untuk minta PIN BBM, aku merestui

Dan tips untuk melawan penipuan, khususnya penipuan mendapatkan hadiah, adalah sebagai berikut:
  1. Pastikan saldo rekening kalian Rp. 28.741,- atau di bawahnya. Dijamin kalian akan terbebas dari penipuan.
  2. Buatlah nada kalian semelas mungkin. Kalau bisa sambil menangis. Kalau tidak bisa menagis, silakan ambil bawang putih dan dikucek-kucek ke mata kalian.
  3. Saat si penipu memaksa kalian untuk menambahkan saldo rekening kalian, mintalah kepada si penipu untuk mengirim uang. Jika kalian beruntung dan mendapatkan penipu yang baik hati, kalian akan mendapatkan untung. Kalau dikasih lagi, minta yang banyak. Jangan lupa bagi-bagi.
Demikianlah postingan kali ini, yang kubuat untuk menghilangkan penat di kepalaku yang sudah dua bulan lebih berkutat dengan teori-teori untuk menganalisis skripsi. Kepada Bapak dan Ibu dosen pembimbing, terima kasih telah memberiku sedikit waktu untuk menyelamatkan umat manusia dari penipuan walaupun sebenarnya aku sendiri nyaris tertipu

Baiklah, semoga postingan kali ini bermanfaat di jumat yang barokah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

5 komentar:

  1. Koplaaaaak! Seriusan jalan ke ATM? ckckck

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku dihipnotis sama notifikasi pulsa 500 ribu :3

      Hapus
  2. Syukurlah kalo bisa menghibur di tengah penatnya skripsi :) xD

    BalasHapus
  3. Hiyuuu aku baru baca ya ngakak ya sedih kalau inget ibuku udah kenak yang kayak gini.Uang sekitar 3 juta melayang.... Beruntung saldomu kosong...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saldoku nggak kosong. Saldoku Rp. 28.741,-

      Aku ikut prihatin sama apa yang menimpa Ibumu. Tapi tenang, sekarang kamu udah tau tipsnya buat ngelawan yang kayak beginian. Oke? X-D

      Hapus