Kamis, 14 Desember 2017

Jangan Jadi Orang Normal

Jadi gini, siang tadi aku dibilangin sama salah satu temenku. Sebelum itu, aku cerita dulu deh. Kami ini udah lama ga ketemu. Entah berapa bulan. Nggak ngitung. Toh kapan terakhir kami ketemu aku juga ga inget. Sama kayak aku ga inget kapan terakhir ketemu sama presiden. Oh, aku ga pernah ketemu presiden ding! Wekawekaweka. Dan garing. Fine. Lanjut.

Terus, tiba-tiba semalem dia datang. Tapi bukan dia yang ngabarin aku. Aku dapet kabar kalo dia lagi di Malang justru dari temenku yang lain.

”Rip, di kos? Bunga –sebut saja namanya begitu, sengaja aku samarkan biar ga ada yang tahu siapa cewek yang aku maksud, biar misterius– mau nitip motor bisa?” kata temenku yang lain itu.

Yak, lama ga ada kabar, dateng-dateng ternyata dia mau nitipin motor di kosan. Selama ini, kosku—dan kayaknya cuma aku yang ngelayanin—jadi tempat penitipan motor cewek-cewek. Kenapa sih harus motor yang dititipin? Kenapa nggak hatinya gitu kek. Besok-besok kalo ada yang nitipin motornya aku bakal tarik tarif parkir! Di Arjosari atau di terminal lain, penitipan motor itu biasanya sehari mangewu. Mayan buat makan.

Jadi, akhirnya dia nitipin motor di kosku. Aku belum narik tarif parkir, karena aku masih menoleransi. Kita ketemu cuma semenit doang. Dia nyapa, ”kamu kapan nikah?”

Langsung aku seret dia ke pengadilan dan aku tuntut dia dengan pencemaran nama baik.

Terus tadi siang dia ngambil motornya. Sekali lagi, aku masih belum narik tarif parkir, karena aku masih menoleransi. Nah, pas ngambil motornya itu dia bilang gini, ”Kamu berubah,”

Aku mikir. Berubah?

”Maksud kamu aku tambah keren gitu?” tanyaku.

Dia langsung muntah. Kayaknya dia lagi sakit deh.

Karena tadi siang udah mau ujan, dia buru-buru. Dan kayaknya, dia masih mau muntah lagi gara-gara aku bilang aku tambah keren.

Dan sebelum dia pergi, dia bilang gini, ”Jangan jadi orang normal,” kemudian dia pergi. Wuussshh! Sungguh misterius.

What? Jangan jadi orang normal? Emang jadi orang nggak normal itu gimanaaa? Jalannya pake dua tangan gitu? Atau ke mana-mana jalannya sambil kayang? Gimanaaa?

Well, sebenernya aku paham kenapa dia bilang gitu ke aku. Oke, sekarang kita bicara serius. Bentar, benerin dasi dulu. *benerin dasi almamater*

Yep, aku paham. Mungkin sekarang aku udah jadi ”orang normal” di mata dia. You know orang normal itu kayak gimana? Itu tuh, yang kalo ngomong selalu pake bahasa Indonesia baku dan pakaiannya selalu dimasukin ke dalam celana dan pake dasi juga.

ITU FORMAL, YA! ITU FORMAL!

Oh, bukan, maksudku, orang normal itu orang yang nggak pernah mandi, bau, pakaiannya ga pernah dicuci..

ITU KUMAL, BEGO! EEEEE GUA KEPRET MATENG LO!

Itu yang teriak-teriak orang-orang yang suka demo ya, bukan aku.

Jadi, apa yang dibilang si Bunga itu cukup bikin aku berpikir juga. Aku rasa sih emang gitu. Kadang-kadang aku emang mikir, rasa-rasanya makin ke sini aku makin jadi ”orang normal”. Biasanya, orang normal itu membosankan. Ga asyik. Dan emang gitu, mungkin dia udah ngerasa kalo aku udah jadi orang yang ga asyik, aku udah jadi ”orang yang lebih serius”.

Mungkin gini, dulu, sewaktu aku belum kerja, dia tahu kalo aku orangnya ga normal. Mandinya dua atau tiga hari sekali. Makannya kalo mood aja. Suka ngomong ga jelas. Pergi ke pangkalan ojek tapi nyarinya tukang becak. Ya gitu-gitu. Pokoknya otakku korslet. Nggak beres. Sakit jiwa. Itu kenapa namaku Ghe-Oghe. Tau artinya? Nggak tau? Cari tau sanah ke dispendukcapil. Nyampe sana paling-paling kamu suruh merekam e-KTP.

Dan ga cuma aku yang otaknya miring. Temen-temenku banyak yang isi kepalanya ga bener. Tapi, dari situ justru banyak hal-hal asyik yang dilakuin. Dari situ justru hidup jadi nggak garing. Dari otak yang nggak bener itu justru ide-ide gila bermunculan. Contoh, pengen makan mi pake sumpit, tapi karena nggak punya sumpit, akhirnya bolpen yang dijadiin sumpit. Normal? YA NGGAK LAH.

Dan sekarang, ga tau ya, aku rasa karena aku terpengaruh dengan dunia kerja, makin ke sini aku makin jadi ”orang bener”. Dan jujur aja, ini sama sekali ga asyik. Hidup jadi membosankan dan gitu-gitu aja. Efeknya, aku jadi anak yang ga asyik lagi. Terutama kalo udah ngobrol di chatting. Jarang aku bisa ngeluarin banyolan-banyolan kayak orang sakit jiwa. Aku jadi cowok yang datar, dan karena itu aku ga bisa ngedeketin cewek.

Tapi aku sadari itu. Itu kenapa kalo di kantor aku berusaha jadi orang yang sakit jiwa. Suka ngelakuin hal-hal aneh. Aku ga mau pekerjaanku menggerus sifatku yang pengen ngelakuin segala hal dengan meriah dan ga normal. Dan temen-temen kantor pun akhirnya bilang, ”nggak waras arek iki ancen,”

Aku justru seneng kalo dibilang ga waras. Karena itu yang aku pengenin. Normal? NGGAK YA KAYAKNYA.

Yep, mungkin si Bunga tau kalo orang normal itu ga asyik. Orang normal akan menjalani hari yang gitu-gitu aja. Statis. Garing. Nggak seru.

Tau nggak, inovasi dan ide-ide gila justru keluar dari otak-otak yang korslet. Orang-orang ga nomal yang sering kali melakukan terobosan. Orang-orang yang ga normal yang biasanya kreativitasnya tinggi.

Tadi aku juga sempet nonton videonya Deddy Corbuzier. Video itu membahas Sukses di Sekolah, Hancur di Hidup! Ada hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah —namanya FORMAL— dan justru amat penting dalam menjalani hidup. Anak-anak di sekolah diajarkan untuk jadi ”anak normal dan formal” —Deddy menyebutnya robot, ngelakuin yang gitu-gitu aja—, mengikuti aturan, tidak boleh jelek dalam pelajaran, dan macem-macem. Bagus memang, kata Deddy, tapi ada masalah; ketika Anda belajar hal-hal seperti itu, artinya Anda belajar hal di mana hidup Anda diatur dan teratur.

Kayaknya, orang ga normal biasanya hidupnya ”nggak teratur”. Mereka biasanya menemukan hal-hal baru dalam ketidakteraturan. Mereka orang-orang yang berontak pada hal-hal yang teratur. Well, manusia unik (baca: nggak normal) ketika mereka kerja, kerjaannya beda-beda. Itu kata Deddy. Dan aturan-aturan yang nggak boleh dilanggar akan membuat kreativitas jadi mati. Berontak, itu penting. Dan itu tidak diajarkan. Dari sesuatu yang statis dan normal, orang yang nggak normal akan berontak, karena mereka tidak suka pada hal-hal yang statis dan teratur.

Pagi tadi aku juga membaca tulisan Budi Darma; inovasi pada umumnya dimulai dari orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi. Dalam konteks ini adalah orang-orang yang selalu berpindah-pindah dan ga statis di satu tempat. Perpindahan-perpindahan mereka bukanlah sekadar berpelesir, tapi langsung atau tidak, untuk mencari inspirasi inovasi. Mungkin itu yang membuat youtuber, atau kreator-kreator, selalu menemukan konten-konten baru. Bila sudah bosan pada satu hal, mereka akan mencari hal-hal baru dengan otak korsletnya.

Kakakku dulu pernah bilang, ”Kamu itu kreatif. Kamu harus menggunakan kreativitasmu. Jangan sampae mati,”. Ohya, aku ga mau kreativitasku mati. Lagian siapa juga yang pengen jadi orang ga kreatif. Orang yang nggak kreatif itu ya yang gitu-gitu aja. Mandi ya di kamar mandi. Kalo aku nggak. Kalo mau mandi langsung nyemplung ke sumur. Nggak susah-susah harus nyiram tubuh pake gayung. Kreatif.

Karena kata-kata kakakku itu, aku bahkan pernah nyoba jadi youtuber. Dan gagal. Channel nggak ada pengunjungnya. Akhirnya gulung tikar. Ga produksi lagi.

Tapi, aku tetep pengen jadi orang yang nggak normal. Pengen jadi orang yang otakknya sobek ga karu-karuan. Pengen jadi orang yang kreatif. Pengen jadi orang yang sakit jiwa. Pengen jadi pemberontak. Biarpun mungkin keseharianku statis, tapi aku harus mencari celah gimana caranya aku jadi orang yang ga normal dari hal-hal statis. Untuk itu, aku lagi mikir.

Ohya, tentang si Bunga tadi, kalo ditotal, aku sama dia cuma ketemu nggak lebih dari lima menit. Tapi, dari waktu yang sebentar itu aku jadi tahu bahwa aku harus menulis ini. Normal?


Terima kasih, Bunga. Besok kalo ketemu lagi, kamu bawain aku panadol.

Salam.

2 komentar:

  1. normal gak normal itu tergantung situasi juga
    saya pun sering di sebut aneh ketika masih sekolah bahkan sampai sekarang sudah bekerja
    tapi saat di tempat kerja memang harus terlihat professional beda lagi saat kumpul bareng teman..
    hidup juga butuh perubahan kearah yg lebih baik
    konyol boleh saja, saya masih terus melakukan hal konyol apa lagi ketika di dalam kost sendiri.. apapun dilakukan untuk sekedar mghibur diri..

    normal menunjukkan kita bertambah dewasa, dari segi pemikiran dan tingkah laku. berarti tidak ada yg salah dan itu menunjukkan frafik meningkat dan baik.

    y ini menurut saya
    salam kenal aja, perdana sya mampir disini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep, bener. Tergantung situasi. Ada saatnya orang-orang ga normal tampil serius.
      Tapi, kekonyolan merekalah yg bikin mereka sering nemu ide-ide segar.

      Makasi pendapatnya, gan.
      Makasi juga udah mampir. Kapan-kapan mampir lagi lah.

      Hapus